Jumat, 17 Agustus 2012

MIMPI YAN TERTUNDA By. Pertiwi Rahayu

Mimpi? Bicara tentang mimpi pasti semua orang memilikinya. Mimpilah yang menjadi motivasi terbesar dalam kehidupan. Bila tak ada mimpi, bagaimana kita akan mencapai tujuan hidup? Manusia sempurna setingkat Rasulullah pun emmiliki mimpi. Egypt. Ya, mungkin ini mimpi terbesar yang aku miliki. Motivasiku untuk menjadi santriwati di Gontor dan dapat menguasai bahasa Al-Qur’an yaitu bahasa Arab. Waktu pun tak terasa cepat bergulir. Tahun demi tahun telah berganti tahun. Waktu yang terus bergulir telah membawaku menuju kelas lima KMI. Tepat tahun 2011 kumantapkan hati dan kubulatkan tekad untuk mengikuti beasiswa study tour ke Mesir. Kalau tidak salah kuingat, hari itu adalah hari Sabtu. Saat kulangkahkan kakiku menuju salah satu kelas di gedung Aisyah. Berteman rasa takut tapi berbekal do’a aku duduk di bangku pojok barisan pertama. Hanya sedikit buku dan kamus yang kubaca. Ridho-Nyalah yang kuharapkan. Empat lembar kertas mendarat di hadapanku. Kubaca perlahan dan kumulai menggoreskan ujung pena hitamku. Kertas itu berupa satu lembar formulir dan tiga lembar soal tes. Dalam kalbu aku pun berbisik. Ya Allah... izinkan hambaMu ini untuk merangkul mimpi itu. Walau tak kuasa pula sejuta pertanyaan bersarang di hadapanku. Akankah semua ini dapat kuraih? Dua hari berlalu. Pengumuman pun telah dibacakan di masjid. Entah perasaan apa yang kurasakan saat itu. Takut, bahagia, terharu, semuanya kurasakan saat namaku terpanggil. Air mata menetes dengan sendirinya. Bersimpuh di hadapan-Nya. Sujud syukur kupersembahkan. Terimakasih Ya Rabb. Terimakasih atas segalanya. Satu langkah lagi yang harus kulalui. Memberitahu kedua orang tuaku. Selasa malam salah satu staf KMI menghubungi mereka dan ternyata disetujui dengan mudahnya. Sungguh, tak pernah terbayangkan. Akhirnya aku dapat merasakan hawa Mesir dengan sendirinya tanpa mengkhayal karena cerita orang. Semua persyaratan pun telah diurus. Pembuatan pasport, pengukuran blazer, bahkan baju dan tas sdah siap. Namun Tuhan memiliki rencana yang berbeda. Sebuah masalah pun datang tatkala kebahagiaanku tengah membuncah. Masalah ekonomi yang beitu rumit. Orang tuaku ditipu oleh rekan bisnisnya yang membuat pailit berkepanjangan. Salah seorang teman ayah membawa kabur uang saham yang ditanamkan ayah pada salah satu perusahaan. Itulah yang menghancurkan semuanya. Sungguh kehendak-Nya tak dapat ditentang siapa pun. Kurang satu minggu ujian akhir tahun, namun pembayaran SPP belum juga terpenuhi. Penat yang kurasakan padasaat itu. Apakah harus kubatalkan kepergianku ke Mesir? Dan biaya itu dapat kugunakan untuk kebutuhan lain yang belum terpenuhi. Bingung. Ya, mungkin ini yang aku rasakan. Namun seorang ayah tentu tak rela melihat mimpi anaknya hancur dengan membatalkan keberangkatanku. Sejuta usaha telah ia lakukan. Mungkin Tuhan memliki jawaban lain dari setiap do’aku. Kumantapkan hatiku. Kata batal pun terlontar dari bibir. Air mata tak hentinya mengalir dengan derasnya. Mimpiku pun tertunda. Ini semua menuntutku agar tetap tegar. Bersikap dewasa. Pilihan dan keputusanku menentukan semua mimpi yang sudah di depan mata ternyata lenyap dengan mudahnya. Tak sedikit pun rasa kecewa yang ada dalam hatiku. Namun rasa bangga yang begitu besar terhadap kedua orang tuaku yang selalu ingin membahagiakanku. Ini tak membuatku jatuh tersimpuh dalam keterpurukan. Namun semua ini menjadi motivasi. Tekadku pun tercipta. Akan kubuktikan bahwa aku bisa lebih baik dari mereka. Lembaran buku aku baca dengan penuh harapan untuk dapat mengukir kembali senyuman kedua orang tuaku. Yudisium pun tiba. Panggilan pertama dibacakan. Terimakasih ya Allah.... ternyata ini jawaban dari setiap do’a dan usaha. Dear magenta.... Jangan berhenti bermimpi. Walau jatuh bangkitlah kembali karena Allah memiliki rencana yang indah untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar