Jumat, 17 Agustus 2012

Piala, Gaun, dan FARES By. Intan Larasati

Bermula dari rasa penasaranku pada pramuka di pondok ini. Kuikuti seleksi LPG/Tpi dan ternyata Tuhan berpihak padaku. Sampai akhirnya rasa cinta pada pramuka merasuki sanubari ini. Tibalah saat untuk berkompetisi dalam pemilihan duta gudep. Semalam suntuk aku berjuang untuk menguasai segala materi dan praktek-praktek tentang pramuka. Ujian antar gudep pun dimulai dan hanya tinggal do’a yang tersisa untuk dapat lolos ke babak selanjutnya. Sampailah pada malam diumumkannya para mujahidah kasyfiyyah yang lolos lima besar di tiap gugus depan. Alhamdulillah, ternyata aku termasuk dari lima orang tersebut. Saat itu pula temanku yang kita sebut di sini sebagai Kia, lolos bersamaku ke babak selanjutnya. Awal mulanya kami berlima bersaing sehat tanpa rasa iri. Namun tibalah saat hati seorang bunda diuji dan bayangan akan kekalahan menghantui, sehingga mendorong hati bunda untuk mendukung salah satu di antara kami berimingkan kemenangan. Aku tak tahu tentang kebenaran kabar tersebut, yang jelas rasa iri mulai merasuki kalbu ini hingga derai air mata tak kuasa kubendung atas ketidakadilan ini. Sempat aku berfikir untuk mengundurkan diri dan mempersilahkan Kia untuk tetap berjuang membawa nama rayon kami, Bahroin. Tapi bekat support darinya aku dapat bangkit dari keterpurukan ini. Hingga akhirnya kami berjanji untuk berusaha mekasimal membangkitkan nama gudep dan rayon. Detik pernyataan atas siapa yang akan maju ke panggung pun terlewati. Aku dan Kia tak lolos saat itu. Air mata meleleh untuk kesekian kalinya. Nasehat-nasehat terucap dari teman-temanku. Aku kemudian berpiki, mungkin Tuhan memiliki rencana lain atas semua ini. Tahun pun berganti. Papan nama oren menyapa dan kuning terlalui. Saat itu pula keinginan untuk dapat memajukan pramuka semakin menjadi. Dewan Kerja Koordinator (DKK), mungkin inilah salah satu jalannya. Takdir Tuhan tak akan kemana. Kuharap inilah jawaban atas segala do’a akan duta gudep yang terlalui. Tak hanya sampai di situ, Duta Nisaiyah yang tak pernah tersirat dalam benakku pun kudapatkan. Mustahil rasanya bersaing dengan orang-orang hebat di zona rayonku. Namun inilah kehendak Tuhan dengan meloloskan diriku sampai maju di atas panggung. Meski tak ada dukungan dari pengurus rayon, tapi FARES family selalu setia mendukungku. Hanya itulah kekuatanku kala itu. Tiada yang kuharap selain doa orang-orang sekitarku dan restu orang tua. Waktu terus berlalu hingga hari dimana acara itu terselenggara tiba. Sedangkan gaun dan sepatu tak ada dikarenakan postur tubuhku yang tinggi. Ingin rasanya kuteriakkan sekencang-kencangnya atas semua ini. Tak ada sandaran tempatku bercerita selain keluarga Tunas tempatku bernaung. Pagi itu tak akan pernah terlupa sampai kapanpun. Dimana hatiku bergejolak tak karuan. Semua harapan untuk menjadi yang terbaik dan materi yang telah kupelajari menguap, seakan tak pernah kuhapalkan apalagi kubaca. Terhapus oleh air mata yang mengalir melalui pipiku yang telah terpoles bedak. Gaun krem dan sepatu hak tinggi hitam yang diberikan oleh koordinator menemaniku untuk maju ke panggung. Sedih memang. Aku merasa menjadi anak yang terbuang sia-sia kala itu. Pengurus tiada yang datang menyaksikan. Teman pun demikian, karena banyaknya acara pada hari itu. Yang tersisa hanyalah doa. Dengan mata sembap dan hati yang tak karuan kulaui acara itu hingga akhir. Kejuaraaan pu diumumkan tanpa ada lagi harapan akan menang. Karena kutahu jawaban yang kulontarkan dari tadi tidaklah memuaskan bagi dewan juri. Mata terpejam dan air mata kembali meleleh saat pengumuman. Juara satu dan dua telah diumumkan. Betapa terkejutnya aku setelah mengetahui bahwa dirikulah yang mendapat juara tiga dalam acara ini. Puji dan syukur kupanjatkan padanya. Mustahil rasanya mendapatkan ini semua. Sorak sorai keluarga Tunas dan FARES bersenandung di telingaku. Karena saat itu FARESlah pemilik tunggal kejuaraan tersebut. Inilah yang selalu menjadi motivasi yang kupegang dalam hidupku. Bahwa jika satu pintu kegagalan terutup, maka akan ada beribu-ribu pintu kesuksesan terbuka bagi kita. Jadikanlah pengalaman sebagai guru yang terbaik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar