Jumat, 17 Agustus 2012

TONGKATKU YANG MENANGIS By. Hafsah sundusiah

Masih teringat kembali bagaimana aku dapat berdiri kini, menjadi seorang pembimbing gugus depan, bukanlah menjadi salah satu impianku. Berfikir pun tak pernah. Menjadi utusan konsulat dan dikeluarkan dari deretan orang-orang yang akan menjadi pengurus OPPM lalu menjadi pembina gugus depan setelah sebelumnya aku sakit karena rasa kecewaku yang berkepanjangan. Aku hanya mempunyai firasat bahwa aku harus bangkit pada hari kamis itu. Kini aku melihat anak-anakku tertawa bahagia untuk piket gudep terakhir bersamaku. Kesemangatan dan kehadiran mereka yang lengkap membuatku seakan tak pernah sedih saat menjadi bindep. Membuat pionering dan gapura yang sangat kokoh dan indah. Itu pertama kali yang kulihat. Secercah senyum bahagia selalu tersungging diwajahku. Setelah lelah mengikat tali dan simpul yang menjadikan pioneering itu terbangun, tak ada lagi yang dapat kufikirkan selain rasa bangga sekaligus sedih karena akan meninggalkan semua ini sebentar lagi. Tak lama setelah itu, suara motor yang tak asing lagi terdengar menghampiri kami. Saat itu terbesit di hatiku untuk segera melepas penyangga gapura yang menghalangi jalannya motor jalannya mesin itu lebih cepat dari kakiku untuk meraih penyangga gapura hasilnya naas sudah gapuraku yang terlindas roda motor saat itu hanya suara jeritan kecil adika muda 17-32 dan suara krek..dari kayu yang rapuh dengan tidak puasnya beliau melindas tongkat kejayaan gudep 17-32 dengan berkomat kamit sumpah serapah beliau turun dari motor dan dengan gagahnya memotong tongkat kejayaan milik gudepku tanpa ada kata panjang hanya ada tangisan pilu dari hatiku baru kusadari air mata ini menetes saat salah satu adika 17-32 menghiburku ‘’bunda jangan sedih...’’seketika itu tak kuasa ku menatap runtuhnya gapura kokoh yang sudah kami buat selama dua malam. Aku menangis semalaman. Tetapi saat aku terpuruk aku teringat akan janjiku untuk terus tetap tegar sebagai pembina gugus depan dan sebagai ibu dari anggota muda gugus depan 17-32. Kulangkahkan kaki kutanamkan dalam hati aku tak boleh lelah demi kejayaan gudep tercinta 17-32.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar