Minggu, 19 Agustus 2012

Be the best but don't feel the best

Senang rasanya menjalani kehidupan yang penuh dengan lika-liku. Seperrti perjalananku menuntut ilmu terutama di pondok ini. Aku merasa sangat bangga atas semua ini. Indah jika dilihat dan nikamt jika dirasakan segala rasa manis kehidupanu selama di pondok. Pertama kali saat aku menjadi calon pelajar yang sangat polos dan tak mengerrti apapun tentang pondok ini. Aku memulainya dari nol. Sampai saat ini aku telah menemukan jati diriku yang sesungguhnya. Senelumnya aku tidak pernah mendengar kata-kata jaros, thobur, to’to’an, semuanya asing di pendengaranku. Setiap kali mendengar azan Subuh, saat itu pula kumengingta rumah. Mengantri untuk makan aku ingat rumah, bangun tidur pun aku langsung ingat rumah. Hanya rumahlah yang ada di benakku. Aku yang harus menerima apa ynag ada di pondok. Dari makan, antri telepon, mandi, dan amsih banyk lainnya. Tapi semua itu indah setelah aku rasakan. Setelah aku berada di gontor Putri 1 aku mulai beradaptasi bersama teman sebayaku di kelas maupun di luar kelas, dan juga ketika kegiatan ekstrakulikuler. Aku memulai membuka lembaran baru untuk bisa menjadi lebih baik, aktif, dan bisa memahami peraturan di pondok. Ketika aku sudah berada di kelas lima, aku lebih merasakan betapa lelahnya diriku. Harus mengurus anggota rayon, gugus depan pramuka, rayon dan segala yang membuat kepentingan pribadiku harus tertunda. Tapi aku merasa sangat senang karena dari sini aku telah banyak memetik berbagai pengalaman yang begitu berharga. Belajar menjadi orang yang sabar, teliti, kuat, dan p[atut dicontoh. Inilah pelajaran yang selalu kuambil. Selama ini aku selalu menunggu masa dimana aku menjadi kelas enam. Sepertinya bebas dari segala peraturan. Itu yang aku dengar dari kakak-kakakku sebelumnya. Dan ternyata tak semudah dan sebebas yang aku kira. Di kelas enam harus bisa menajdi contoh ynag terbaik untuk adik-adik, mengikuti segala perkumpulan yang begitu padat, sampai-sampai sholat pun diabsen. Ketika karantina harus belajar mati-matian, lupa tidur dan makan, yang lebih parahnya kami harus kehilangan satu per satu dari teman-teman. Sampai segala sesuatu yang kita kerjakan layaknya ujian di kelas enam. Lebih banyak sabar dan berdoa. Tinggal beberapa langkah lagi. Terimakasih untuk semuanya. Wali kelas yang sudah menyemangati kita, bapak pengasuh dan direktur, para guru-guru yang telah memberikan ilmu pada kita. Kita berusaha untuk mencoba menjadi yang lebih baik. Be the best but don’t feel the best.

1 komentar: