Minggu, 19 Agustus 2012

Manisnya Itu Setelah Lelah By. Mandrasi Amirah

Dimulai dari satu keinginan tanpa keterangan yang jelas. Yaitu menjadi seseorang yang dibebani sebuah amanah. Aku kira semua itu mudah dan menyenangkan. Tibalah saatnya di pagi yang sepi, semuanya masih terlelap dalam mimpinya. Aku terbangun dalam lelahku. Dengan keraguan dan ketidakpastian kuhampiri sebuah kamar yang sepi. Kamar staf Pengasuhan. Tanpa kata-kata yang ditujukan olehku datanglah sebuah angket yang harus aku isi. Aku bertanya-tanya, untuk apa semua ini? Mengapa mereka menanyakan riwayat hidupku. Ketika sang surya berpamitan menuju naungannya, jantungku mulai berpacu begitu cepat. Aku kaget bukan main. Jawaban yang aku inginkan dari kertas yang aku dapatkan tadi pagi terjawab sudah. Menjadi seseorang yang diberikan beban lebih. Memang smeua itu adalah kemauan dan keinginanku. Menjadi kader Bagian Penerangan. Aku tak tahu harus bagaimana. Senang? Sedih? Semuanya bercampur menjadi satu. Bismillahirrohmanirrohim. Kumulai kehidupan baruku menjadi salah satu anggota di Bagian Penerangan. Semua kulakukan dengan penuh keikhlasan. Aku menemukan kehidupan baruku di kamar tiga Syanggit. Hidup bersama kakak-kakak dari Bagian Peningkatan Bahasa dan Penerangan. Semua itu kurasakan begitu indah. Menyenangkan dan mengesankan. Meskipun mereka bukanlah orang yang aku kenal sebelumnya. Seperti hidup di dua alam. Antara kelas lima dan kelas enam. Tak jarang aku mendengar tentang angaktanku yang tentunya selalu saja ada konflik meskipun sedikit antar dua angkatan ini, tapi mau bagaimana lagi? Aku kini hidup bersama kakak kelas. Masa bodolah! Yang terpenting bagiku adalah bagaimana aku mendapatkan pengetahuan yang banyak untuk bekalku membimbing teman-temanku nanti apabila mereka akan meninggalkanku kelak. Dari sinilah aku merasakan kedekatanku dengan teman-teman yang begitu erat. Meskipun dibilang BF muthor, tapi keempat temanku yabg sudah kuanggap menjadi separuh kebahagiaanku selalu memberiku semangat saat aku kalut akan masalah pekerjaan. Merekalah yang selalu menemaniku. Empat bulan berlalu. Ketakutan itu mulai datang ketika estafet kepengurusan OPPM diberikan. Tangisku tak tertahankan lagi. Kakak-kakak yang selalu megajariku tak lagi di sini. Hanya aku yang berdiri seorang diri untuk melewati beban ini. Mengemban tugas untuk menjadi bagian Penerangan sekaligus menjadi tutor bagi teman-temanku di bagian yang lumayan rumit ini. Namun aku mencoba bertahan. Karena ini barulah permulaan perjuanganku. Satu tahun berjalan begitu saja. Meski banyak masalah di dalam pekerjaan, entah itu keegoisan atau ketidakserasian. Yang jelas, inilah ladzatu-t-ta’bi dalam sebuah pekerjaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar