Jumat, 17 Agustus 2012

PAHAMI PONDOK SEUTUHNYA by. Ratih

Matahari siang itu begitu terik. Dengan berseragamkan pramuka dan kerudung pembimbing coklat tua, aku mengambil shiftku untuk menjadi juru parkir saat menjadi panitia penerimaan murid baru di lapangan depan bagian penerimaan tamu. Banyak kendaraan yang sudah memadati pondok. Maklu saja, hari ini aalah hari terakhir untuk kembali ke pondok. Rasa haus karena lelah mengisyarat tangankan pada kendaraan-kendaraan tersebut dan tiupan peluitku yang tak kunjunghenti sdari tadi. Kepalaku pening. Terlebih melihat mobil yang tak juga menuruti isyarat tanganku. Sebuah mobil berwarna silver berbelok tak menuruti isyaratku. Berkali-kali kutiupkan peluitku, tapi tak ada respon dari mobil tersebut. Dengan garang dan rasa etos kerjaku yang tinggi aku menghampiri mobil tersebut. Mobil itu berhenti. “Maaf Bapak, mobilnya tidak boleh berbelok, jadi silahkan memutar balik,” tegurku. Kaca mobil di bagian dekat sopir terbuka. Terlihat sosok seorang pemuda yang tersenyum. Aku tak butuh senyuman. Pikirku. Penumpang di sebelahnya melongok ke arahku. Kulihat sosok seorang wanita yang bersahaja yang kurasa tak asing lagi bagiku. “Ukhti..., “ sapanya. Siapa ya? Tanyaku dalam hati. Aku melirik stiker GONTOR yang menempel rapi di kaca mobil. Aku mulai memutar otak, siapa gerangan wanita ini? Astaghfirullah! Mungkin aku melihat wanita ini, tapi wajahnya begitu familiar. Ya beliau adalah istri dari salah satu pim[inan pondok GONTOR, kyai haji Hasan Abdullah Sahal. Sudang barang tentu beliau sefang mengantarkan putrinya. Aku hanya dapat menjawab sapaan itu dengan senyumanku yang berindikasikan rasa malu dan bersalah. Setelah itu mobil itu berlalu meninggalkanku yang masih diliputi rasa malu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar