Jumat, 17 Agustus 2012

NO HIDING! BE OK! By : Elok Arina

Cerita ini bermula di saat bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah yang didalamnya hanya ada pennduduk kecil, yakni kelas 5 2011.. Di bulan yang penuh rahmat inilah kita dibina, dididik, dan digembleng untuk menjadi angkataan yang tangguh di kelas 6 nantinya. Sebagai mukimat abadi sepanjang bulan Ramadhan, kita selalu terjadwalkan untuk bersih-bersih pada pagi dan sore hari, lengkap dengan sapu lidi yang menjadi senjatanya. Suatu malam . . . Bel tanda perkumpulan berbunyi 5 kali, tapi entah apa yang ada dipikiran sampai akhirnya aku dan teman-teman terlalu santai dan terlambat. Dan mungkin, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau lebih kasarnya daripada dimarahin ustadzah gara-garaa telat, lebih baik mikir jalan pintas yaitu..... SEMBUNYI! Tapi memang benar, memilih ‘jalan pintas’ yang tidak pas akan membuat hidup was-was dan merasa dihantui. Apalagi posisi rayon Al-Azhar yang dekat dengan masjid –tempat pekumpulan, dan memungkinkan menjadi sasaran empuk staff Pengasuhan untuk menggerebek TKP (Tempat Kejadian Perkara) yang dijadikan objek untuk bersembunyi. Saat itu, kita hanya bisa mengendap-endap dan melihat apa yang terjadi di luar sana melalui jendela yang bisa diintip dengan sembunyi-sembunyi. Apa mau dikata, keadaan semakin merisaukan. ‘Sang Staff Pengasuhan’ mengabsen penduduk rayon kita dan ternyata memang yang hadir hanya 4 orang. Terlebih saat ustadzah bertanya, “Mana yang lain?” Keadaan semakin menegang dan yang ada di pikiran kita hanyalah penggerebegan yang sangat mungkin terjadi. Akhirnya dengan keadaan terhimpit, kita menyusun rencana untuk membuat markas persembunyian. Aku mendapat tempat di belakang lemari dan yang lain terpencar di sudut kamar yang terbilang sangat sempit. Ada pula yang terpaksa ‘sakit’ dan terbalut selimut demi menghindari penggerebegan yang tak bisa diprediksikan waktu kedatangannya. Sesak, penat, dan segala macam rasa yang benar-benar tak bisa ditoleransi lagi. Setelah selesai perkumpulan, 4 orang yang ikut perkumpulan itu datang dan terheran-heran ketiika melihat keadaan kamar yan g kosong melompong. Akhirnya, kita semua keluar dari tempat ppersembunyian diriingi dengan gelak tawa. Yah, ternyata tak ada penggerebegan! Kita pun tetap ikut bersih-bersih dan berjanji tidak akan sembunyi lagi. Lagipula, bersembunyi hanya akan merugikan dan menyesakkan. Kalau masih bisa ikut kumpul, kenapa harus sembunyi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar